32 C
Jakarta
Wednesday, 15 January 2025
spot_img
HomehomepageKejahatan Dunia Bernama Israel

Kejahatan Dunia Bernama Israel

Sejak Perang Enam Hari 1967, pendudukan Israel atas wilayah Palestina semakin meluas dan meluas. Bahkan wilayah Tepi Barat dan Yerusaem Timur yang tadinya wilayah pemukiman Palestina telah menjadi pemukiman Israel. Rakyat Palestina semakin terdesak oleh penggusuran dan semakin terkurung oleh tembok-tembok yang terus dibangun Israel.

Hal itu jelas melanggar hukum internasional khususnya Konvensi Jenewa Keempat yang melarang pemindahan penduduk sipil dari suatu negara yang menginvasi ke wilayah negara yang sedang diduduki. Israel bardalih bahwa wilayah tersebut adalah hak bangsa Yahudi.

Ribuan tahun hingga awal abad ke 20 bangsa Yahudi praktis tidak mempunyai tanah air, mereka tersebar di seluruh dunia sebagai perantau. Akan tetapi sangat banyak dari mereka yang sukses secara ekonomi dan pendidikan. Hal itu sering menimbulkan keresahan diantara masyarakat setempat sehingga sentimen anti Yahudi semakin meningkat.

Negara-negara mensikapi kondisi di atas dengan berbeda-beda, ada yang ekstrim ingin mengusir dan memusnahkan etnis Yahudi dan ada yang justru membantu Yahudi untuk mendirikan dan mempunyai negaranya sendiri.

Itulah pentingnya tanah air bagi suatu bangsa. Bangsa Yahudi yang sukses tetapi tidak mempunyai tanah air meskipun jaringan internasional mereka begitu kuat di negara-negara besar di dunia. Bersyukurlah kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki tanah air sendiri, jangan sampai tanah air kita diambil-alih oleh bangsa lain dengan memanfaatkan kelemahan dan kebodohan kita.

Blokade di pemukiman Palestina yang terisolir menggencet dan menggiring warga Palestina menuju kemusnahan. Sebagai bentuk perlawanan, Hamas melakukan serangan pada Oktober 2023. Serangan Hamas tersebut menjadi dalih Israel untuk melakukan invasi dan gempuran militer dengan skala masif di Jalur Gaza Palestina.

Di tanggal 3 Oktober 2024, 1 tahun serbuan tersebut belum juga berhenti, korban warga sipil Palestina di Jalur Gaza sudah mencapai 41.788 jiwa yang meninggal dunia, sekitar 16.500 diantaranya anak-anak. Korban luka lebih dari 96.794 orang dan hilang sekitar 10.000 orang. Sementara itu di pihak Israel korban jiwa sebanyak 1.139 orang dan korban luka 8.730 orang.

Pada bulan Juli 2024, Israel melakukan pembunuhan terhadap pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. Pembunuhan tersebut dilakukan dengan bom jarak jauh atau misil terkendali. Saat itu Ismail Haniyeh sedang menjadi tamu di wilayah Iran di kota Teheran, Israel tidak memperdulikan apalagi menghormati kedaulatan wilayah Iran.

Pada bulan September 2024, Israel melakukan pembunuhan terhadap pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah di Beirut ibu kota negara Libanon. Serangan dengan rudal-rudal daya ledak tinggi berpengendali tersebut juga memakan korban meninggal dunia beberapa pemimpin perjuangan Palestina lainnya dan seorang pejabat tinggi Iran. Serangan ke wilayah negara Libanon itu dilakukan secara bertubi-tubi menyebabkan lebih dari 558 orang di Beirut Libanon meninggal dunia dan melukai lebih dari 1.835 lainnya.

Sebagai bentuk pembalasan, Hisbullah dan Iran menembakkan rudal-rudal dan drone ke Israel. Sekali lagi, ini akan dijadikan dalih oleh Israel untuk menyerang wilayah-wilayah lain yang Israel inginkan.

Di forum internasioal seperti PBB, Israel berkoar-koar sebagai korban kekerasan dan bersumpah akan memberi hukuman berat kepada pihak yang Israel inginkan. Bahkan ketika Sekjen PBB tidak memberi kecaman atas pembalasan oleh Iran, Israel langsung menetapkan Sekjen PBB sebagai ‘Persona Non Grata’, artinya orang yang tidak disukai atau orang yang tidak dikehendaki, yang secara diplomatik tidak diakui oleh Israel.

Israel begitu pongah di forum internasional, secara militer Israel sepertinya masih kuat hal ini tidak terlepas dari dukungan negara-negara barat khususnya Amerika Serikat. Mungkin negara-negara pendukung Israel tersebut memiliki ketakutan atau fobia terhadap potensi kekuatan Islam. Mungkin juga negara-negara tersebut ingin mengontrol wilayah Timur Tengah yang secara geopolitik sangat strategis, lewat tangan Israel. Yang jelas jaringan Yahudi di negara-negara besar pendukung Israel tersebut sangat kuat, sehingga dapat menentukan kebijakan negara-negara itu.

Peristiwa

Laporan

Sketsa